Perusahaan TIKI Bahagia, Keluarga Kurir Bahagia

0

Jakarta, Kliknusantara.co – Jumat (19/8/2022) pagi-pagi buta sekira pukul 04.10 WIB, Buchori terjaga dari lelap tidurnya. Lantunan Solawat tarhim yang merdu dari pengeras suara Masjid membuat dirinya sadar; Subuh segera tiba. Suami dari Ibu Nia ini bergegas mandi dan berwudhu untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Kebetulan, tempat tinggalnya tidak jauh dari masjid. Seusai shalat, pria kelahiran Tangerang Selatan ini mengudap kudapan setelah memanaskan motornya. Sekitar pukul 05.30, dia pamitan kepada istri tercintanya sementara kedua anakmya tertidur pulas. Diiringi ucapan “Bismillahirrahmanirrahim,” Buchoripun tancap gas ke kantornya, stand TIKI di Jl. Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur.

Motor yang dikendarai melaju dengan kecepatan sedang saat Buchori berangkat dari rumahnya. Nyaris tanpa hambatan. Sebab, jalanan masih lengang. Diiringi udara pagi. Segar. Pernafasan Buchori pun plong.

Tak berasa, Buchori tiba di kantor pukul 06.30. Setelah memarkir motor, dia pun bersegera masuk. Membubuhkan tanda tangan untuk absensi kehadiran. Lalu, menuju tumpukan barang-barang kiriman. Ada dokumen. Ada juga paket kiriman, yang telah rapi dibungkus. Tangan gesit Buchori memilah dan memilih barang-barang kiriman yang akan diantarnya ke wilayah Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sedang barang-barang kiriman yang tidak ditujukan ke Duren Sawit diserahkan pada rekan kurir yang bertugas di wilayah lain. Ruang lingkup kerja Buchori berada di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Sebagai informasi, TIKI mengeluarkan kebijakan yang mengklasifikasikan wilayah kerja untuk para kurir per-wilayah, per- kecamatan dan per- kelurahan. Dan ada koordinator di setiap wilayah kerja. Inilah yang membedakan TIKI dengan perusahaan kurir lain.

Setelah barang-barang kiriman dirapikan, Buchori pun mengangkutnya ke motor. Berangkat sekira pukul 07.30. Menuju wilayah Duren Sawit. Berkeliling dengan motor kesayangannya. Mendatangi alamat para customer satu persatu. Sesuai list yang tertera. Pada pukul 12.00 proses pengiriman tuntas.

Pada pukul 12.30, Buchori kembali ke kantor. Melepas penat. Menunaikan sholat Dhuhur. Selanjutnya, alumnus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Tangerang tahun 2008 menunggu pengiriman barang tahap ke 2.

Setelah barang-barang datang, Buchori kembali memilah dan memilih serta merapikannya. Lalu dia pun berangkat lagi dengan kendaraan motornya ke daerah Duren Sawit. Mengantarkan barang dan paket kiriman ke empunya. Setelah kelar, barulah ayah dari Kalista dan Satria ini dapat pulang dan sampai ke rumah, daerah Pondok Aren, Ciputat, Tangerang Selatan sekira pukul 17.00.

Begitulah rutinitas kerja Buchori. Setiap hari. Dari Senin hingga Sabtu. Dia tidak menampik bahwa profesi kurir tidak mengenal kata libur. “Biasanya kita dirolling. Kalau Minggu masuk, libur di hari Senin,” kata Buchori pada Kliknusantara.co, Jumat sore (19/8/2022) di Jakarta.

Sebagai catatan, kurir motor TIKI mengirim barang kiriman dengan jumlah 80 barang. Maksimal kapasitasnya dibawah 5 kg.
“Diatas 5 kg tidak diperbolehkan,” terang Buchori. Tetapi jika over loud, jumlah barang/paket, dan dokumen bisa mencapai ratusan.

Umumnya, pada momen-momen tertentu saja pengiriman barang dan dokumen mengalami overload. Misalnya, saat ada event tertentu dan menjelang Idul Fitri. Di waktu-waktu tersebut, proses pengiriman barang/paket baru kelar hingga pukul 17.00.

Suka duka

Diakui Buchori, ada suka duka melakoni profesi kurir. “Sukanya, banyak ketemu dan mengenal orang-orang/kawan baru. Dari mereka, kita memperoleh motivasi dan semangat baru. Berkat mereka, yang tadinya kita lemah kemudian menjadi lebih bersemangat. Berkat mereka pula, yang tadinya kita tidak tahu, menjadi tahu,” paparnya, dengan ekspresi wajah penuh berseri seri dan intonasi suara tinggi.

Selain itu, banyak pengalaman baru yang diperoleh. Contoh, ungkapnya, pengalaman berkomunikasi yang baik dengan customer. Atau pengalaman berbahasa yang bagus. Intinya, imbuh Buchori, berinteraksi dengan mereka adalah menggunakan tutur bahasa yang bagus.

“Bahkan tidak sedikit costumer yang menjadi teman. Jumlahnya ratusan hingga saat ini. Kalau kita sudah berteman, pengiriman pun lebih lancar. Contohnya, bila customer tidak sedang berada di rumah, barang yang akan kita kirimkan bisa dititipkan ke salah seorang tetangganya,” terang Buchori. Hal ini berbeda bila customer baru. Tentu agak canggung.

“Alhamdulillah, sejak pertama kali bekerja di TIKI hingga kini banyak customer yang menjadi teman akrab dan merasa nyaman,” aku Buchori, yang disertai sorot mata berbinar-binar.

Saat ditanya, apakah punya pengalaman dikomplain customer, Buchori menjawab, “Pernah karena pengiriman barang telat. Kami jelaskan alasan keterlambatannya. Misalnya, keterlambatan dari pihak bandara karena bencana sehingga tertunda. Kita berikan bukti-bukti dan catatannya. Atau kita jelaskan bahwa kita telah sampai tetapi tidak ada orang di rumah. Kita juga telah menghubungi Bapak/ Ibu melalui Hp tetapi panggilannya tidak dijawab sehingga terpaksa kirimannya dibawa balik”.

Pria kelahiran Tangerang pada 9 September 1989 ini juga tidak keberatan soal duka menjadi kurir. “Dukanya biasanya kalau musim hujan, bencana alam dan cuaca yang tidak mendukung. Bila bencana, tidak sedikit barang kiriman yang telat. Masalah ini diluar kemampuan kita. Misalnya, bila banjir, banyak barang customer dipending. Dan ini kita alami setiap tahun. Kami sebenarnya juga tidak tega bila ada barang-barang yang tertunda pengirimannya,” ungkap Buchori.

Dia juga mengutarakan solusi yang ditawarkannya pada customer. “Customer bisa mengambil barangnya sendiri bila mampu. Kalau tidak, keesokan hari atau jika kondisi telah kondusif kita kirimkan ke alamat tujuan,” tandas Buchori. Dia membeberkan pengalamannya ketika DKI Jakarta diterjang banjir hebat.

“Barang-barang customer tertunda pengirimannya hingga lebih dari 2 hari,” kenangnya, dengan nada suara lirih.

Inspiratif

Atas jerih payah, dedikasi dan kegigihan kinerjanya, TIKI mengapresiasi Buchori sebagai Kurir Inspiratif. Ketika hal ini ditanyakan, Buchori menjawab, “Barangkali dilihat dari kinerja. Saya mempunyai prinsip hidup, ‘Di mana pun saya bekerja, di situlah kebahagiaan keluarga saya dipertaruhkan’. Karena itu, saya berusaha sekuat tenaga membahagiakan perusahaan sehingga perusahaan pun dapat membahagiakan keluarga saya”.

Oleh sebab itu, imbuh Buchori, segala tantangan seperti kemacetan lalu lintas, kiriman barang dan dokumen yang banyak, masalah dengan customer dan lain semacamnya sudah menjadi “makanan” setiap hari.

Atas landasan/ komitmen ‘kebahagiaan keluarga ditempatkan dan dipertaruhkan disini (perusahaan) maka masuk akal bila Buchori menekan ke-ego-an diri.

“Kalau saya menyerah dan kesal dengan customer, mohon maaf, kemudian malah sampai menjadi urusan panjang, maka lebih baik bagi saya mencari jalan tengah. Saya mengalah. Saya biasanya memohon maaf. Dan sebisa mungkin belitan masalah diselesaikan hari itu juga,” ungkap Buchori.

Prinsip ‘Di mana pun bekerja, di situlah kebahagiaan keluarga dipertaruhkan’ ditularkan Buchori kepada rekan-rekan sesama kurir TIKI.

Menurut penuturan Buchori, beberapa kawannya sempat mengalami kebuntuan. “Saya katakan, emang seperti itulah kehidupan,” katanya, menguatkan semangat dan hati rekan sekerjanya.

“Ada Zulkarnaen, di stand TIKI Peluit. Ada Agus Hermawan di stand TIKI TB Simatupang. Juga ada Wawan di stand TIKI Jl. Panjang, Kebon Jeruk,” beber Buchori. Apalagi kurir itu, lanjutnya, merupakan ujung tombak perusahaan.

Karena itu, Buchori selalu berusaha mencari cara bagaimana menyenangkan customer. Kendati demikian, dia menyadari situasi di lapangan yang tidak jarang membuat para kurir mengalami jalan buntu, stres, dan menyerah.

“Saya selalu bilang pada mereka, ‘Kalo lu menyerah sekarang, berarti kebahagiaan keluarga lu sampai di sini! Kalau lu mo nyari kebahagiaan di tempat lain, ya silakan! Tapi kalo lu gak bisa di tempat lain, ya berarti kebahagiaan lu ada di perusahaan ini’,” nasehat Buchori pada rekan-rekan kerjanya.

Buchori juga tidak pelit berbagi pengalaman kepada teman-teman kurir baru. Misalnya saat sedang istirahat bersama. Dia tidak ingin rekan-rekannya terpengaruh omongan-omongan negatif yang justru membuat semangat kerja mengendor.

“Kita selalu memberi motivasi bahwa bagaimana caranya agar perusahaan tempat berkiprah ini bisa bahagia. Kalau perusahaan bahagia, tentu perusahaan ini akan memberi kebahagiaan pada kita. Kita juga berprinsip, mereka itu bukan teman-teman tetapi keluarga saya,” tegas Buchori.

Pria yang hoby memelihara Ikan Lohan dan Burung Kenari ini kerap memotivasi rekan-rekannya agar tidak rendah diri menjadi kurir. “Jangan pernah rendah diri dengan profesi kurir. Karena apa pun yang kita kerjakan akan berpulang pada kebahagiaan keluarga,” support Buchori.

Sebagai manusia biasa, pria yang membina keluarga bersama Nurniati sejak tahun 2014, mengaku pernah kesal. Baik kesal pada customer, pihak atasan dan peraturan-peraturan baru. Namun perasaan kesal tersebut dikembalikan lagi pada prinsip awal; kebahagiaan perusahaan adalah kebahagiaan keluarga.

Aktif di TIKI

Sebelum aktif di TIKI, Buchori memiliki berbagai pengalaman kerja di tempat lain. Dia pernah menjajal sebagai security dan karyawan di Supermarket Giant. Namun tidak bertahan lama.

Buchori mulai aktif bekerja menjadi kurir TIKI pada awal tahun 2011. Ditempatkan di stand TIKI yang terletak di Jl Pemuda, Rawamangun Jakarta Timur.

“Walaupun banyak pekerjaan dan capek tetapi bekerja di TIKI merasa senang dan nyaman,” akunya tanpa beban.

Diapun mengaku memeroleh beras 25 kg setiap bulan. Mendapat BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

“Saya akan terus berkarir di TIKI karena telah menjiwai,” tegas Buchori, seraya menambahkan dirinya senang dan nyaman.

Akhirnya, Buchori berharap dan mendoakan TIKI selalu berjaya dan bisa lebih baik dari tahun ke tahun sehingga dapat lebih mensejahterakan para karyawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *